Senin, 06 Juli 2015

Sepucuk Surat, Untukmu



Selamat siang, selamat beraktivitas untukmu hari ini. Apa kabarnya dirimu saat ini? Sudahkah kau tunaikan hak Rabbmu dengan baik? Begitupun dengan aku disini, aku selalu berusaha untuk menjalankan setiap perintah-Nya, tentu tidak lupa senantiasa melayakkan diri dihadapan-Nya agar ketika Dia mempertemukanku denganmu, aku seperti melihat diriku didepan cermin, jelas nyata tergambar, apa yang aku usahakan saat ini akan aku terima di masa depan melalui dirimu.
Apakah kamu tahu? Saat ini mulai banyak orang yang bertanya tentangmu padaku, bertanya kamu dimana? Seperti apa kamu? Apakah kamu baik-baik saja? Apa yang kamu suka dan apa yang tidak kamu suka? Dan pertanyaan lain seputarmu. Aku bingung, apa yang harus aku jawab? Mana bisa aku menjawab semua pertanyaan mereka, sedangkan aku sendiri tidak mengenalmu, seperti apa kamu, apa yang kamu suka dan tidak kamu suka. Allah belum mengijinkanku untuk mengenalmu. Ya, kamu masih menjadi rahasia-Nya, dan begitupun mungkin aku bagimu.
Saat ini, aku hanya bisa mengirimkan doa untumu. Ibarat sebuah surat yang aku kirimkan tanpa tahu untuk siapa surat itu, tapi aku yakin surat itu akan diterima oleh orang yang tepat ketika aku menitipkannya kepada Rabb semesta alam, Rabb pemilik jiwaku dan jiwamu, yang Dia tidak akan salah memasangkan separuh jiwa ini. Sungguh, banyak yang ingin aku ceritakan kepadamu, sudah bertahun-tahun aku simpan dan aku hanya ingin kamu yang mendengarkannya, tidak orang lain tidak siapapun,dan tanpa ada siapapun, saat ini hanya Allah lah sebaik-baik tempat meminta dan berharap.
Tapi ada hal yang mungkin bisa aku ceritakan padamu saat ini, sebuah kisah yang nantinya aku berharap kamu bisa mengambil pelajaran dari ceritaku ini, yang nantinya aku berharap kamu bisa lebih kuat dan tegar dalam usaha menggapai ridha Allah hingga pada suatu hari nanti Allah pertemukan kita dan terhapuslah semua rasa yang membuncah dalam diri kita saat ini.
My future husband, dengarkanlah sejenak ceritaku. Aku pernah menyaksikan seseorang yang begitu halus hatinya, cinta kepada kedua orangtuanya, cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, takut untuk melakukan kemaksiatan dan takut menyakiti hati oranglain. Tapi dengan segala kebaikannya, Allah uji dia dengan belum juga dipertemukan dengan belahan jiwanya, dulu aku berpikir orang baik pasti segalanya Allah mudahkan, tapi ternyata karena cintanya Allah kepada hamba-Nya yang taat, Allah uji dia hingga dia berjalan tanpa menanggung dosa sedikitpun.
Aku salut dengan perjuangan dia untuk menggenapkan setengah diin nya, cara A B C dia lakukan, tapi belum kunjung berhasil. Pada suatu waktu Allah pertemukan dia dengan seseorang yang menurutnya tepat, segala proses dia jalani, hingga semua persiapan sudah dirancang, tinggal selangkah lagi menuju pelaminan, tapi manusia hanya mampu berusaha Allah lah yang menentukan. Segala persiapan yang sudah dirancang, gagal terlaksana. Dan yang paling memilukan, dia merasakan kegagalan itu bukan hanya sekali tapi puluhan kali, dengan berbagai macam factor, dari yang masuk akal sampai tidak masuk akal, dari yang biasa saja di hati sampai yang sangat menyakitkan hati, ya Rabbi, aku tidak bisa membayangkan apabila semua itu terjadi padaku, apakah aku bisa kuat menjalaninya? Begitulah Allah, menurunkan ujian sesuai dengan kemampuan “pundak” hamba-Nya untuk menanggung ujian tersebut. Lagi-lagi aku salut padanya, setelah berbagai kegagalan dia lalui, dia tidak pernah menyerah dalam menjemput jodoh, dia usaha lagi dan lagi, karena dia yakin segala usaha yang ia lakukan akan berbuah pahala dan kebaikan jika dia ikhlas menjalaninya. Terbayang olehku, orang seperti apa yang kelak akan mendampinginya? Pasti orang yang sangat luar biasa, dan mungkin saat ini Allah sedang mempersiapkan mereka berdua agar diakhir nanti tercipta suatu bahtera rumah tangga yang diatasnya dinaungi keberkahan oleh Allah. Mungkin tak perlu lah aku menceritakan detail kisahnya padamu, yang penting saat ini kita bisa mengambil pelajaran dengan memetik hikmah dari perjalanan hidup orang lain.
My future husband,  aku ingin dari kisah diatas, itu bisa menguatkan kita saat ini, perjalanan kedepan bukanlah sebuah perjalanan yang mulus, ibarat jalan tol tak selamanya lancar pasti kadang ada hambatannya karena kemacetan, begitupun dengan masa pencarian dan penantian kita sat ini. Teruslah berdoa pada Allah, agar Dia menguatkan hatimu dan hatiku saat ini, apa yang Dia jaga dalam dirimu pasti Dia pun menjaga apa yang ada dalam diriku saat ini, aku adalah cerminanmu dan kamu adalah cerminanku. Tetaplah berusaha dengan sebaik-baik usaha, Allah akan melihat usahamu baik yang terlihat maupun yang tidak terllihat oleh manusia. Selalulah berdoa pada-Nya agar Allah menggerakkan hatimu dan hatiku hingga pada akhirnya Allah berkenan mempertemukan kita di telaga peraduan yang sudah lama menjadi tempat kita singgah saat ini.
My future husband,  yang perlu kamu ketahui, pernikahan bukanlah sebuah perjalan singkat dan mudah, tapi adalah sebuah perjalan panjang lagi sukar, penuh dengan pengorbanan, didalamnya dibangun dengan sifat saling memahami, saling mengisi dan melengkapi, saling menasehati, saling memberi, saling menerima, saling membahagiakan, saling mendoakan dan banyak lagi PR lainnya. Mungkin saat ini aku kuat menjalani segalanya sendiri, tapi nanti aku butuh kamu untuk selalu ada disisku. Saat ini ketika sedih, aku hanya bisa menangis dan berdoa kepada Allah, tapi nanti aku butuh dirimu juga untuk menjadi sosok yang mendengarkan kesedihan dan kegelisahanku dan meminjamkan pundakmu untuk aku bersandar ketika aku lelah dengan ujian yang kita hadapi, nanti aku butuh kamu sebagai pengganti papa yang bisa selalu menasehatiku ketika aku salah, mengajakku bercanda dan bermain ketika aku bosan dan menatap serta mendengarkan ku lembut ketika aku sedang bercerita, cerita apapun itu.
My future husband,  dimanapun kamu berada saat ini,itulah yang ingin aku ceritakan padamu, tidak perlu banyak-banyak, biarlah detailnya aku akan ceritakan padamu kelak. Saat ini, tidak henti-hentinya aku berdoa untukmu, semoga Allah selalu menjagamu disana, aktivitasmu dijauhkan dari bermaksiat kepada Allah, pekerjaanmu berkah, selalu diberikan kesehatan dan panjang umur dalam kebaikan. Diakhir ceritaku ini, aku ingin berpesan padamu, silahkan datang padaku ketika aku dan orangtuaku sudah siap menerimamu, aku tidak mau menyakitimu dengan mengiming-imingi kemudahan dalam proses, tidak! aku akan menggambarkan semua sekalipun itu pahit, aku ingin kita memohon pertolongan dan berharap hanya kepada Allah tidak kepada yang lain. Maka, siapkanlah terlebih dulu dirimu dan orangtuamu saat ini, begitupun denganku disini aku siapkan diri dan orangtuaku, agar ketika Allah menjawab doa kita nanti, kita sudah betul-betul siap dan hanya tinggal menunggu keputusan Allah, hadiah apa yang terbaik untuk kita miliki nanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar