Kamis, 29 Agustus 2013

MUSLIMAH SEJATI


Tentang Diriku, Mimpiku dan Penghambaanku
       Semua orang didunia ini tidak pernah tahu apa yang akan terjadi pada dirinya dimasa depan, Ia hanya bisa berencana dan Dialah yang memutuskan. Termasuk yang terjadi pada diri saya, saya tidak pernah tahu perubahan hidup itu akan terjadi menjadi lebih baik atau bahkan lebih buruk, tapi yang saya tahu adalah hidup itu pilihan. Ingin menjadi lebih baik atau lebih buruk kita turut andil didalamnya, tentu tidak Allah menciptakan manusia untuk menjadi preman atau bahkan menjadi ustad misalnya, Allah hanya menciptakan 2 tujuan hidup manusia yaitu surga dan neraka, selebihnya manusia yang menentukan hidupnya mau kemana. Itulah yang saya ketahui setelah saya mencoba untuk memahami islam lebih dalam, ternyata bukan hanya mengatur bagaimana hubungan manusia dengan penciptanya namun lebih dari itu.
       Mungkin suatu takdir dari Allah ketika saya bisa masuk sebuah universitas ternama di kawasan Jatinangor, sebuah universitas yang selalu menjadi impian semua orang. Banyak pilihan yang harus  saya tentukan setelah masuk didalamnya, menjadi mahasiswa yang hanya sekedar mahasiswa biasa dengan menentukan hidupnya untuk mendapatkan nilai baik dan mendapat pekerjaan sesuai,tentunya itu semua tidak didapat oleh mahasiswa yang sibuk dengan kegiatan lain apalagi kegiatan yang memikirkan urusan orang lain atau menjadi mahasiswa yang membekali diriya oleh ilmu islam agar bersinergi dengan akademik.
    Akhirnya saya tentukan hidup saya untuk  memilih menjadi orang yang sedikit memikirkan urusan orang lain dengan mengikuti kajian-kajian islam, saya sandarkan semua kegiatan di kampus dengan hukum islam, menjadikan aturan islam sebagai tolak ukur perbuatan saya, termasuk dalam hal menutup aurat secara sempurna (mengenakan jilbab dan kerudung) seperti tertera pada Q.S:Al-Ahzab 59 dan An-Nur 31. Saya pikir dengan memudahkan urusan Agama-Nya, saya akan lebih mudah dalam aktivitas akademik atau aktivitas sosial lain dengan teman-teman saya, namun ternyata tidak. Disistem kehidupan saat ini, ingin taat saja sulit. Orang taat dianggap aneh, sedangkan orang bermaksiat dianggap biasa karena sudah sangat terlihat dimana-mana orang bermaksiat daripada orang taat. Itulah yang saya rasakan setelah memilih untuk mencoba taat kepada Allah, pada perkuliahan saja sangat terlihat hukum buatan manusia harus dijadikan pedoman sedangkan aturan sang Pencipta dikesampingkan bila perlu tidak dilibatkan sama sekali dalam kehidupan manusia.
    Saat ini saya sudah menginjak semester 7 (tingkat akhir), mudah-mudahan cepat lulus,amiin :) . Tentu untuk sampai ke tahap ini, saya harus melalui tingkat pertama,kedua dan ketiga dan tentunya dalam melaluinya bukan hal yang mudah apalagi dengan saya memilih untuk tetap taat kepada Allah secara sempurna, jalan saya akan senantiasa bergesekan dengan orang-orang kebanyakan. Di tahun pertama  saya mencoba untuk mengubah diri saya dari segi berpakaian, karena pada saat itu masih masa-masanya ospek fakultas yang menuntut mahasiswa baru untuk taat kepada kaka tingkat, darisegi pakaian saja ditentukan dari mulaibentuk hingga warnanya. Suatu hal yang aneh ketika pada saat itu orang lain mengenakan pakaian yang ditentukan sedangkan saya berbeda sendiri dengan memakai jilbab yang biasa disebut gamis oleh teman-teman saya yang katanya baju itu sangatlah norak,separti ibu-ibu dan gak gaul. Apakah saya malu? Tentunya sayapun ingin tahu sampe mana tingkat keberanian saya dalam melawan arus yang ada saat itu.
    Pada suatu pagi dikegiatan ospek fakultas, saya mengajukan diri didepan semua temen-teman dan kaka-kaka senior, saya mengutarakan niat saya untuk taat kepada Allah secara sempurna dengan memakai pakaian yang sudah disyariatkan oleh islam, sontak semua mata tertuju pada saya seolah ada pertunjukan unik didepan mereka, bergetar hati saya pada saat itu antara senang dan takut. Yang membuat saya senang adalah ternyata nyali saya tidak cukup ciut untuk mengutarakan niat saya didepan semua orang, dan yang membuat saya takut adalah tumbangnya pertahanan tubuh saya mengingat saya sedang kurang sehat pada saat itu, alhamdulillah ketakutan itu tidak terjadi, yang ada saya terkejut dengan perkataan seorang kaka tingkat yang mengatakan bahwa dia kagum terhadap saya karena berani menyampaikan pendapatnya didepan banyak orang.
    Tahap 1 persetujuan dari panitia ospek bisa saya kantongi, tentunya perjuangan saya tidak berhenti sampai disitu, seperti yang saya katakan diawal saya lebih memilih taat kepada Allah yang mana faktanya saat ini melawan arus yang ada,otomatis senantiasa bergesekan dengan kebanyakan orang dan tentunya akan selalu ada rintangannya. Menginjak tingkat 2 semester 3, saya dipaksakan untuk mengambil mata kuliah yang benar-benar akan menuntut saya untuk meninggalkan ketaatan saya kepada Allah, mata kuliah olahraga air (renang). 3 bulan pertama saya masih tenang karena dosen masih memberikan materi di kelas, seterusnya saya mulai ketakutan apa yang harus saya lakukan, dalam keadaan saya yang dilema memilih untuk tetap taat dengan tetap memakai jilbab resikonya nilai saya buruk atau mengikuti praktikum berenang dikolam renang tentunya minimal nilai B ditangan dengan resiko saya harus menanggalkan jilbab saya. Pada saat itu saya hanya bisa menangis, sudah berbagai cara saya lakukan hingga melobby dosen, asisten dosen hingga ketua jurusan agar praktikum renang mahasiswi terpisah dari mahasiswa disatu tempat lain, namun hasilnya nihil. Akhirnya usaha terakhir saya lakukan adalah melobby untuk saya sendiri yang dipisahkan dari teman-teman yang lain (private), dan benar janji Allah dalam Q.S Muhammad:7 “ketika menolong agama Allah,maka Allah akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”. Setelah lama menunggu hasil lobby, alhamdulillah jajaran dosen dan para asisten dosen menyetujui permintaan saya dengan praktikum renang mengambil private namun resikonya setiap kali pertemuan saya harus membayar Rp.100.000,- dan itu berlangsung selama 10 kali pertemuan. Tidak terbayang pada saat itu saya harus mendapatkan uang darimana, sedangkan saya pun kuliah dibiayai dari beasiswa tiap bulan dan itupun sangat pas-pasan. Dan ternyata itupun tidak menjadi penghalang saya untuk tetap taat kepada Allah, selalu ada pertolongan untuk masalah keungan, memang benar masalah rizki Allah yang mengatur, selalu ada jalan. Pada akhirnya nilai B saya dapatkan, tidak jauh beda dengan teman-teman saya yang lainnya.
      Ujian pun tidak berhenti, menginjak semester 4 masih ada mata kuliah yang harus saya lalui yang memerlukan kesabaran ekstra dan pemikiran yang jernih untuk mencari jalan keluarnya. Widya selam itulah nama mata kuliahnya, sudah dapat dibayangkan praktikum kolam seperti apa lagi yang harus saya lalui, mungkin bahkan ini lebih parah daripada sebelumnya. Namun lagi-lagi berkat pertolongan Allah, selalu ada jalan keluar, berkat seorang teman yang pintar mendesain baju akhirnya saya dibuatkan desain baju khusus untuk berenang tanpa menghilangkan identitas saya sebagai seorang muslimah, jilbab renang itulah yang biasa saya sebut. Jilbab yang sampe saat ini belum pernah saya temukan dipertokoan manapun, hingga sempat membuat tukang jahitnya kebingungan karena belum pernah menjahit baju yang seperti itu. 8 kali pertemuan saya lalui praktikum kolam dengan mengenakan baju tersebut, awalnya membuat teman-teman,asisten dosen dan dosennya pun sedikit tercengang melihat pakaian saya namun mungkin sudah terbiasa dengan “keanehan” yang saya bawa mereka mulai menerima. Hingga pada akhirnya saya mendapat nilai B pada matakuliah tersebut, apabila palshback apa yang telah saya pilih apa mungkin bisa nyaman berenang dengan pakian yang tidak lazim dipakai pada saat berenang di kedalaman 5 meter apalagi pada saat itu saya termasuk yang belum mahir dalam berenang, namun itulah pertolongan Allah selalu datang kapanpun dan dimanapun ketika saya yakin pasti selalu ada jalan ketika ujian itu datang, dan anehnya ketika saya tanya kepada asisten dosen yang selalu menilai saya di kolam mereka mengungkapkan bahwa saya tampak nyaman dengan pakaian saya dan sama sekali tidak terlihat kesulitan bahkan kemampuan saya dalam melakukan teknik-teknik menyelam bisa dikategorikan mahir.
     Pada akhir semester 6 kemarin, saya melakukan kuliah lapangan pada salah 1 mata kuliah yang berhubungan dengan terumbu karang di laut, semua mahasiswa diwajibkan menyelam ke laut untuk meneliti terumbu karang yang terdapat disana. Apa yang terjadi pada saya? Alhamdulillah saya melaluinya dengan sangat baik, bahkan saya sangat menikmatinya, kali pertama saya menyelam langsung di kedalaman 10 meter dan itu di laut, sebenarnya bukan itu yang membuat saya senang, namun saya tetap mengenakan jilbab perjuangan saya yang tetap melekat dan menjadi saksi hingga saat ini. Apakah itu sebuah keajaiban? Mungkin saya hanya dapat berkata itu sebuah kekuatan doa yang saya lakukan, dan pertolongan Allah begitu dekat dan nyata bagi orang-orang yang yakin. Dengan taat kepada Allah, bukan berarti saya meninggalkan aspek akademik atau mungkin dengan taat kepada Allah saya meninggalkan kewajiban saya yang lain contohnya seperti hal-hal di atas, buktinya dengan tetap berkerudung dan berjilbab saya masih bisa melakukan aktivitas seperti apa yang teman-teman saya lakukan, yang pasti selalu ada Jalan keluar selama kita tidak keluar dari aturan Allah swt. 
thanks to pembina, dosen, dan temanteman :)