Senin, 17 Desember 2012

UMMU AJYAL


PERANAN WANITA BAGI KEMAJUAN SUATU BANGSA
Menjadi wanita karir atau Ibu Rumah Tangga yang baik, adalah suatu pilihan yang saat ini sulit untuk ditentukan oleh para wanita yang sudah menikah,akan menikah atau para remaja yang baru mengenal kata arti dari pernikahan. Pada dasarnya setiap wanita naluriahnya menginginkan kedua hal itu bisa dilakukan, serba berkecukupan dalam hal materi karena memilih untuk bekerja diluar rumah dan menjadi wanita karir nan sukses dan juga dapat memberikan perhatiannya penuh kepada keluarganya. Namun seperti yang terlihat saat ini kedua hal itu jarang terjadi karena mereka akhirnya memilih salah satunya dan yang lebih mereka pilih adalah menjadi wanita karir nan sukses dengan dalih “kan kalau Ibu kerja, nanti ade boleh minta mainan apapun yang ade sukai. Atau mau es krim dan coklat juga boleh” perkataan seorang ibu ketika membujuk anaknya agar Ia tetap diijinkan bekerja, atau “ga apa-apa dong yah,kan kalau ibu bekerja ntar uangnya bisa ngebantu-bantu pemasukan rumah tangga dan biaya anak-anak sekolah” perkataan kepada suaminya. Namun setelah Ia bekerja apa yang terjadi? setumpuk mainan,es krim dan coklat tidak bisa mencegah sifat anaknya yang arogan,pergaulannya tidak sehat,pendidikan moril dan agamanya tidak terkontrol itu terjadi akibat sejak kecil Ia lebih banyak diasuh oleh pembantu dan setelah remaja Ia bebas melakukan apapun tanpa kendali orangtuanya.
Penjelasan diatas adalah salah satu contoh akibat dari apabila seorang wanita tidak faham akan tuganya manjadi pencetak generasi bangsa yang baik. Wajar jika saat ini generasi penerus bangsa dalam keadaan yang sangat terpuruk. Tingkat seks bebas tinggi dikalangan remaja, penyalahgunaan narkoba. Itu semua dilakukan bukan oleh anak-anak yang dibesarkan dilingkungan kelurga yang mengenalkan ajaran islam dengan baik, atau anak-anak yang diberikan kasih sayang dan perhatian penuh dari kedua orang tuanya, tapi anak-anak yang dibesarkan tanpa kasih sayang orang tuanya akibat karena orang tuanya sibuk bekerja diluar, atau karena broaken home. Maka bangkit atau tidaknya suatu bangsa dapat dilihat dari kualitas dan kuantitas generasi penerusnya dan itu salah satunya dapat tercapai dengan peran orangtua terutama peranan seorang wanita sebagai ibu yang menjadi pengajar utama dan pertama untuk anaknya sejak dini baik dalam aspek akademis,akhlak dan tingkah laku apalagi pendidikan keislaman. Karena pada dasarnya seorang ibu lebih memiliki banyak waktu dirumah bersama anak-anaknya berbeda halnya dengan seorang ayah yang banyak diluar rumah untuk mencari nafkah bagi keluarganya. Maka terbayang jika seorang wanita yang memiliki tanggung jawab penuh atas kondisi anak-anaknya sejak dini malah lebih memilih meniti karir diluar rumah, akibatnya kepekaan dan rasa kasih sayangnya terhadap anak teralihkan pada kesibukan diluar rumah.

AKUSTIK PART 2

THE FIRST
ATENUASI
Atenuasi dilambangkan dengan Q, dimana 1/Q adalah fraksi dari energi gelombang yang hilang setiap cycle saat gelombang tersebut merambat. Sehingga ‘Q rendah’ berarti lebih teratenuasidan ‘Q tinggi’ berarti sedikit teratenuasi. Umumnya, didalam aplikasi seismik eksplorasi, besaran Q diprediksi untuk memberikan kompensasi terhadap amplitudo gelombang seismik yang hilang dalam perambatannya. Medium seperti jaringan (tissue) akan menurunkan amplitudo dan intensitas ketika suara menembusnya. Reduksi amplitudo dan intensitas gelombang dalam perjalanannya melewati medium disebut atenuasi. Peristiwa yang terjadi pada atenuasi ini terdiri dari absorpsi, refleksi dan scattering. Adapun satuan dari atenuasi adalah decibels (dB). Sedangkan koefisiensi atenuasi adalah atenuasi yang terjadi per satuan panjang gelombang yang satuannya decibels per centimeter ( dB/cm )

Attenuation (dB) = attenuation coefficient (dB/cm) x path length (2)


Bila koefisiensi atenuasi meningkat maka frekuensi akan meningkat pula. Setiap jaringan mempunyai koefisiensi atenuasi yang berbeda. Koefisiensi ini menyatakan besarnya atenuasi per satuan panjang, yaitu semakin tinggi frekuensi yang digunakan maka semakin tinggi koefisiensi atenuasinya.
Secara sederhana, jaringan lunak hampir sama atau di atas rata-rata 1 dB atenuasi per centimeter untuk tiap frekuensi. Oleh karena itu rerata koefisiensi atenuasi dalam decibels per centimeter untuk jaringan lunak adalah sebanding dengan frekuensi dalam MHz. Untuk menghitung atenuasi dalam decibels hanya perlu mengalikan frekuensi dalam megahertz (hasilnya mendekati/sebanding dengan koefisiensi atenuasi dalam dB/cm)

ABSORBSI, TARGET STRENGHT, VELUME SCATTER, LAPISAN SOFAR

Ketika gelombang suara dipancarkan ke kolom air, maka akan mengalami ABSORBSI atau penyerapan energi gelombang suara sehingga mengakibatkan transmisi hilang ketika diecho dari transducer. Proses absorbsi sangat bergantung pada suhu, salinitas, pH, kedalaman, dan frekuensi. Salah satu sifat gelombang, yaitu ketika menjauhi transducer maka akan mengalami pelemahan energy dan kecepatan pantulannya.
Setelah gelombang suara mengenai suatu target, maka gelombang suara akan kembali dipantulkan ke transducer. Kekuatan pantulan gema yang dikembalikan oleh target dan relative terhadap intensitas suara yang mengenai target disebut sebagai TARGET STRENGTH. Target strength dapat didefinisikan sebagai sepuluh kali nilai logaritma dari intensitas yang mengenai ikan atau target (I).
Target Strength (TS) merupakan faktor terpenting dalam pendeteksian dan pendugaan stok ikan dengan menggunakan metode hidroakustik.  TS merupakan suatu ukuran yang dapat menggambarkan kemampuan suatu target untuk memantulkan gelombang suara yang datang mengenainya.
Menurut Coates (1990) menyatakan TS adalah ukuran decibel intensitas suara yang dikembalikan oleh target, diukur pada jarak standar satu meter dari pusat akustik target relatif  terhadap intensitas suara yang mengenai target.  Johannesson dan Mitson (1983) membagi dua definisi TS berdasarkan domain yang digunakan, yaitu intensitas target strength (TSi) dan energi target strength (TSe).  Berdasarkan intensitas target strength dapat diformulasikan sebagai berikut (Pers.1).
TSi = 10 Log Ir/Ii , r = 1 meter

Dimana  :
TSi       = Intensitas target strength
Ir         = Intensitas suara yang dipantulkan diukur pada jarak 1 meter dari target
Ii          = Intensitas suara yang mengenai target
     
Volume backscattering strength (Sv) merupakan rasio  antara intensitas yang direfleksikan oleh suatu group single target, dimana target berada pada suatu volume air (Lurton,2002).  Pengertian volume backscattering strength ini mirip dengan pengertian target strength, dimana target strength untuk ikan tunggal sedangkan volume backscattering strength untuk mendeteksi kelompok ikan.

Sv = 10 Log ρv + TS(Target Strength)

Lapisan Sofar merupakan lapisan air laut di mana gelombang suara merambat dengan kecepatan minimum dibandingkan jika gelombang tersebut merambat di lapisan lain di atas atau di bawahnya. Pada lapisan Sofar ini tidak banyak energi yang hilang karena terprangkap di lapisan sofar. Lapisan Sofar adalah daerah dengan akumulasi temperature dan kedalaman. Kawasan Lapisan Sofar itu terletak antara kedalaman 800 – 1.300 meter bahkan pada lokasi tertentu mendekati kedangkalan 175 meter. Di masa yang akan datang lapisan kanal SOFAR ini dapat dimanfaatkan untuk mentransformasikan gelombang elektromegnet, seperti telepon, internet, televise dan sebagainya dengan memasang satelit-satelit transmisi bawah laut sebagai alternative memancarkan gelombang ke lapisan ionosfer di luar angkasa.

REFERENSI
  • http://saifuritk45.blogspot.com/2011/10/pengertian-dasar-dan-cara-kerja-akustik.html
  • http://theoceanandmariner.blogspot.com/2012/04/sejarah-akustik_09.html
  • http://cara-beternaku.blogspot.com/2011/12/akustik-kelautan.html
  • http://samsulbahriodc.blogspot.com/2012/07/apa-itu-marine-acoustic.html
  • http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/06/metode-akustik.html
  • http://hkti.org/2011/12/25/akustik-kelautan.html
  • http://www.crayonpedia.org/mw/GLOMBANG_DAN_BUNYI_8.2_RINIE_PRATIWI
  • http://mediabelajaronline.blogspot.com/2010/03/getaran-gelombang-dan-bunyi-untuk-smp.html
  • http://andrynugrohoatmarinescience.wordpress.com/category/suara-di-laut/
  • http://www.dosits.org/people/peoplesummary/
  • http://www.babehedi.com/2012/01/v-behaviorurldefaultvmlo_6683.html
  • http://www.gudangmateri.com/2010/07/macam-macam-gelombang.html
  • http://ensiklopediseismik.blogspot.com/2008/02/atenuasi-attenuation.html
  • http://www.beritamusi.com/read/article/pendidikan/2915/adikuasa-dari-tengah-samudera-4.html
  •  Materi Kuliah AKustik Kelautan UNPAD, FPIK, Ilmu Kelautan 2012 pertemuan 1-3

http://rahayu-putrysantoso.blogspot.com/2012/12/akustik-kelutan.html

AKUSTIK KELUTAN
















Sabtu, 31 Maret 2012

EKOSISTEM MANGROVE


RANTAI MAKANAN PADA EKOSISTEM MANGROVE
Pada umumnya fauna yang hidup di hutan bakau adalah serangga, crustaceae, mollusca, ikan, burung reptile dan mamalia. Untuk reptilia mungkin pada kasus ini tidak ada meskipun kemungkinan terdapat reptile di hutan bakau ini.
Hutan bakau di beberapa daerah sebagian besar banyak yang telah beralih fungsi dan di konversi menjadi lahan budidaya ikan maka akan terjadi pemutusan rantai makanan yang mengandalkan nutrient yang ada di pohon mangrove tersebut. Penjelasannya seperti ini, kita sama-sama mengetauhi bahwa rantai makanan yang terjadi di hutan mangrove/bakau tersebut memiliki tipe rantai makanan detritus, rantai makanan ini sumber utamanya dari hasil penguraian guguran daun dan ranting yang dihancurkan oleh bakteri dan fungi sehingga menhasilkan detritus, hancuran detrirus ini menghasilkan nutrient yang sangat penting bagi cacing, mollusca, crustaceae dan hewan lainnya. Dengan rantai tersebut apabila hutan bakau ini di ubah menjadi lahan budidaya maka, cacing, crustacean, mollusca dan hewan lainnya tidak mendapatkan nutrient yang cukup utuk perkembangan kehidupannya. Bakteri dan fungi akan dimakan oleh sebagian protozoa dan avertebrata, kemudian  protozoa dan avertrtebrata akan dimakan oleh karnivora sedang yang selanjutnya di makan oleh karnivora tingkat tinggi, Juwana (1999). Menyimak pernyataan tersebut bahwa fungi dan bakteri yang tadi nya hidup untuk menguraikan dedaunan bakau/mangrove yang sudah jatuh dan seperti itu kehidupannya maka bakteri dan fungi tersebut akan berkurang meskipun tidak semua jenis bakteri dan fungi itu berkurang. Mungkin untuk selanjutnya tidak ada yang berubah karena protozoa dan avertebrata memakan baketri dan fungi yang kita tahu bahwa lahan tersebut tinggal beberapa jenis bakteri dan fungi.
       
              Diagram rantai makanan mangrove


Sumber utama detritus adalah hasil penguraian guguran daun mangrove yang jatuh ke perairan oleh bakteri dan fungi (Romimohtarto dan Juwana 1999). Rantai makanan detritus dimulai dari proses penghancuran luruhan dan ranting mangrove oleh bakteri dan fungi (detritivor) menghasilkan detritus. Hancuran bahan organik (detritus) ini kemudian menjadi bahan makanan penting (nutrien) bagi cacing, crustacea, moluska, dan hewan lainnya (Nontji, 1993). Setyawan dkk (2002) menyatakan nutrien di dalam ekosistem mangrove dapat juga berasal dari luar ekosistem, dari sungai atau laut. Lalu ditambahkan oleh Romimohtarto dan Juwana (1999) yang menyatakan bahwa bakteri dan fungi tadi dimakan oleh sebagian protozoa dan avertebrata. Kemudian protozoa dan avertebrata dimakan oleh karnivor sedang, yang selanjutnya dimakan oleh karnivor tingkat tinggi.
Mata rantai makanan yang terdapat pada ekosistem mangrove ini tidak terputus. Pada dasarnya rantai makanan pada ekosistem mangrove ini terbagi atas dua jenis yaitu rantai makanan secara langsung dan rantai makanan secara tidak langsung  (rantai detritus).
1. Rantai Makanan Langsung
Pada rantai makanan langsung yang bertindak sebagai produsen adalah tumbuhan mangrove. Tumbuhan mangrove ini akan menghasilkan serasah yang berbentuk daun, ranting, dan bunga yang jatuh ke perairan. Selanjutnya sebagai konsumen tingkat satu adalah ikan-ikan kecil dan udang yang langsung memakan serasah mangrove yang jatuh tersebut. Untuk konsumen tingkat dua adalah organisme  karnivora yang memakan ikan-ikan kecil dan udang tersebut. Selanjutnya untuk konsumen tingkat tiga terdiri atas ikan-ikan besar maupun burung – burung pemakan ikan. Pada akhirnya konsumen tingkat tiga ini akan mati dan diuraikan oleh detritus sehingga akan menghasilkan senyawa organic yang bisa dimanfaatkan oleh tumbuhan mangrove tersebut.
2. Rantai Makanan Tidak Langsung / Rantai Detritus
Pada rantai makanan tidak langsung atau rantai detritus ini melibatkan lebih banyak organisme. Bertindak sebagai produsen adalah mangrove yang akan menghasilkan serasah yang berbentuk daun, ranting, dan bunga yang jatuh ke perairan. Selanjutnya serasah ini akan terurai oleh detrivor / pengurai. Detritus  yang mengandung senyawa organic kemudian akan dimakan oleh Crustacea, bacteria, alga, dan mollusca yang bertindak sebagai konsumen tingkat satu. Khusus untuk bacteri dan alga akan dimakan protozoa sebagai konsumen tingkat dua. Protozoa ini kemudian akan dimakan oleh amphipoda sebagai konsumen tingkat tiga. Lalu, baik crustacea ataupun amphipoda ini dimakan oleh ikan kecil (Konsumen Tingkat 4) dan kemudian akan dimakan oleh ikan besar (konsumen 5). Selanjutnya untuk konsumen tingkat enam terdiri atas ikan-ikan besar maupun burung – burung pemakan ikan dan pada akhirnya konsumen tingkat enam ini akan mati dan diuraikan oleh detritus sehingga akan menghasilkan senyawa yang bisa dimanfaatkan oleh tumbuhan mangrove tersebut.

catatan ini bersambung ke http://sagaramarta.blogspot.com/
 semoga bermanfaat :)




Kamis, 22 Maret 2012

Alat Pengukur salinitas, tekanan,dan suhu lautan

A. Alat Pengukur Salinitas
ALAT UKUR SALINITAS ANTARA LAIN:
• SALINOMETER
• REFRAKTO METER
Refraktometer merupakan alat pengukur salinitas yang cukup umum. Juga disebut sebagai pengukur indeks pembiasan pada cairan yg dapat digunakan untuk mengukur kadar garam. Prinsip alat ini adalah dengan memanfaatkan indeks bias cahaya untuk mengetahui tingkat salinitas air, karena memanfaatkan cahaya maka alat ini harus dipakai ditempat yang mendapatkan banyak cahaya atau lebih baik kalau digunakan dibawah sinar matahari jadi sehabis kita mengambil sampel air laut kita langsung menghitungnya dengan alat ini. Berikut langkah - langkahnya :

1. Tetesi refraktometer dengan aquadest
2. Bersihkan dengan kertas tisyu sisa aquadest yang tertinggal
3. Teteskan air sampel yang ingin diketahui salinitasnya
4. Lihat ditempat yang bercahaya
5. Akan tampak sebuah bidang berwarna biru dan putih
6. Garis batas antara kedua bidang itulah yang menunjukan salinitasnya
7. Bilas kaca prisma dengan aquades, usap dengan tisyu dan simpan refraktometer di tempat kering

Salinometer
Salinometer adalah alat untuk mengukur salinitas dengan cara mengukur kepadatan dari air yang akan dihitung salinitasnya. Bekerjanya berdasarkan daya hantar listrik,semakin besar salinitas semakin Besar pula daya hantar listriknya. Alat ini digunakan di laboratorium, berbeda dengan refraktometer yang biasa digunakan di lapangan atau outdoor.
Cara menggunaka salinometer adalah sebagai berikut :
1. Ambil gelas ukur yang panjang, isi dengan air sampel yang akan diukur salinitasnya
2. Salinitas akan terbaca pada skalanya

B. Alat Pengukur Suhu
PENGUKURAN SUHU PERMUKAAN LAUT (SPL)
Alat yang digunakan : Thermometer
Langkah penggunaan :
• Untuk pengukuran suhu permukaan, dapat digunakan thermometer biasa (raksa/alkohol)
• Bila jarak dek kapal dengan permukaan air cukup dekat, dapat dilakukan dengan melakukan kontak langsung thermometer dengan permukaan laut.
• Tunggu beberapa saat sampai thermometer dapat menyesuaikan dengan suhu permukaan laut (air raksa berhenti bergerak).
• Namun bila jarak dek kapal dengan permukaan laut cukup jauh dapat dilakukan dengan mengambil sejumlah massa air ke kapal, baru kemudian diukur dengan thermometer.
• Hindari kontak langsung dengan cahaya matahari, karena dapat mempengaruhi pembacaan thermometer, terutama pada siang hari.

C. Alat Pengukur Tekanan
Alat-Alat yang berhubungan dengan pengukuran tekanan dalam laut.
1. CTD (Conductivity Temperature Depth).
Secara umum, sistem CTD terdiri dari unit masukan data, sistem pengolahan, dan unit luaran. CTD digunakan untuk mengukur karakteristik air seperti suhu, salinitas, tekanan, kedalaman, dan densitas.
Unit pengolah terdiri dari sebuah unit pengontrol CTDS (CTD Sensor) dan komputer yang dilengkapi perangkat lunak. Unit pengontrol berfungsi sebagai pengolah sinyal CTD, penampil hasil pengukuran serta pengubah sinyal analog ke digital. CTD mengontrol setiap kegiatan akusisi dan pengambilan sampel serta kalibrasi. Setiap penekanan tombol fungsi sesuai pada menu, maka printer akan mencetak posisi, kedalaman, salinitas, konduktifitas dan temperatur sehingga kronologis kegiatan pengoprasian CTD dapat terekam. Sensor adalah sebuah piranti yang mengubah fenomena fisika menjadi sinyal elektrik. CTD memiliki tiga sensor utama, yakni sensor tekanan, sensor temperatur, dan sensor untuk mengetahui daya hantar listrik air laut (konduktivitas).
a. Sensor Tekanan.
Sensor tekanan merupakan sensor yang memanfaatkan hubungan langsung antara tekanan dan kedalaman. Sensor ini terdirai dari tahanan yang berbentuk seperti jembatan wheatsrone kemudian dinamakan strain gauge. Strain gauge merupakan alat resistansi yang berubah ketika mendapat tekanan, Tahanan ini akanmemegang peranan ketika mendapat gaya dalam bentuk fisika seperti tekanan, beban (berat), arus dll. (Herunadi, 1998).
Cara kerja:
CTD diturunkan ke kolom perairan dengan menggunakan winch disertai seperangkat kabel elektrik secara perlahan hingga ke lapisan dekat dasar kemudian ditarik kembali ke permukaan. CTD memiliki tiga sensor utama, yakni sensor tekanan, sensor temperatur, dan sensor untuk mengetahui daya hantar listrik air laut (konduktivitas). Pengukuran tekanan pada CTD menggunakan strain gauge pressure monitor atauquartz crystal.
Tekanan akan dicatat dalam desibar kemudian tekanan dikonversi menjadi kedalaman dalam meter. Sensor temperatur yang terdapat pada CTD menggunakan thermistor, termometer platinum atau kombinasi keduanya. Sel induktif yang terdapat dalam CTD digunakan sebagai sensor salinitas. Pengukuran data tercatat dalam bentuk data digital. Data tersebut tersimpan dalam CTD dan ditransfer ke komputer setelah CTD diangkat dari perairan atau transfer data dapat dilakukan secara kontinu selama perangkat perantara (interface) dari CTD ke komputer tersambung.
2. Ocean bottom Seismometer
Seismometer mengukur gerakan dalam kerak bumi. Sekitar 90 persen dari seluruh alam terjadi gempa bawah laut, di mana tekanan yang besar dan dingin membuat pengukuran sulit. Seismometer laut-bawah (OBS) dikembangkan untuk tugas ini.
Para ilmuwan menggunakan data seismometer untuk menghitung energi yang dilepaskan oleh gempa bumi, seperti yang besar pada bulan Desember 2004 yang menyebabkan tsunami Samudera Hindia. Dengan menggunakan seismometer sensitif untuk mempelajari gempa bumi kecil, para peneliti sedang bekerja untuk memprediksi gempa bumi besar atau letusan gunung berapi.
ilmuwan lain menggunakan seismometer untuk mengintip di dalam Bumi itu sendiri.Gelombang yang menghasilkan gempa bumi mendapatkan cacat atau melambat ketika mereka melalui bahan yang berbeda dalam bumi. Seismometer dilengkapi dengan jam tepat merekam bentuk dan kecepatan gelombang ini ketika mereka tiba. Setelah gempa bumi, data dari seismometer luas banyak membantu ahli geologi untuk menghitung struktur Bumi mantel dan kerak.
Seismometer dan tekanan
karena seismometer digunakan sebagai indikator terjadinya gempa bumi di bawah laut, maka alat ini juga dapat mengukur tekanan air dibawah laut karena seismometer dapat bertahan di dalam keadaan tekanan laut yang besar dan dingin dibandingkan dengan alat lainnya yang tidak bisa menjangkau daerah bertekanan besar tersebut
Cara kerja :
Seismometer bekerja dengan menggunakan prinsip inersia. Tubuh seismometer terletak aman di dasar laut. Di dalam, massa berat tergantung pada musim semi antara dua magnet. Ketika bergerak bumi, begitu juga seismometer dan magnet, tetapi sebentar massa tetap di tempat itu. Sebagai massa berosilasi melalui medan magnet menghasilkan arus listrik yang langkah-langkah instrumen.
seismometer itu sendiri adalah silinder logam kecil, sisa timbunan footlocker berukuran terdiri dari peralatan untuk menjalankan seismometer (logger data dan baterai), perlahan seismometer tenggelam ke dasar laut, kemudian dengan menggunakan rilis akustik remote control dan flotasi untuk membawa alat kembali ke permukaan.
3. Manometer digital
Manometer adalah alat ukur tekanan dan manometer tertua adalah manometer kolom cairan. Alat ukur ini sangat sederhana, pengamatan dapat dilakukan langsung dan cukup teliti pada beberapa daerah pengukuran. Manometer kolom cairan biasanya digunakan untuk pengukuran tekanan yang tidak terlalu tinggi (mendekati tekanan atmosfir). Manometer digital dapat mengukur tekanan air hingga kedalam 25 meter. walaupun tidak memiliki kapasitas kedalam yang dalam, alat ini dapat digunakan dalam pengukuran dalam kehidupan sehari-hari.
4. output pemancar tekanan air
Satu lagi alat yang merupakan output dari pemancar untuk pengukur tekanan air. Alat ini dapat mengukur tekanan yang berkisar dari 100 mbar sampai dengan 1000 bar dari kedalaman laut. Selain itu, alat ini juga dapat menhitung temperatur di kedalaman laut yang berkisar -25C hingga 100C.


tulisan ini akan utuh jika anda membaca dari awal. bisa di klik disini http://lizanaueparanaue.blog.com/ 
semoga bermanfaat :)