Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, beliau berkata, “Seseorang
datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata,
‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’
Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut
kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi
wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian
siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali,
‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab,
‘Kemudian ayahmu.’” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548).
HADITS di atas menggambarkan betapa mulianya kedudukan seorang ibu. Betapa tidak, ia telah mengandung, melahirkan , menyusui, mengasuh dan mendidik anak- anaknya. Islam telah memuliakannya dengan memberinya tugas yang sesuai dengan fitrahnya sebagai seorang perempuan. Ummu wa robbatul bait (ibu dan pengatur rumah tangga) dan ummu ajyal (ibu generasi) adalah dua gelar yang disematkan pada seorang perempuan yang sudah berkeluarga. Sehingga, sudah sepantasnyalah seorang anak berbakti pada orang tuanya terutama pada ibu.
HADITS di atas menggambarkan betapa mulianya kedudukan seorang ibu. Betapa tidak, ia telah mengandung, melahirkan , menyusui, mengasuh dan mendidik anak- anaknya. Islam telah memuliakannya dengan memberinya tugas yang sesuai dengan fitrahnya sebagai seorang perempuan. Ummu wa robbatul bait (ibu dan pengatur rumah tangga) dan ummu ajyal (ibu generasi) adalah dua gelar yang disematkan pada seorang perempuan yang sudah berkeluarga. Sehingga, sudah sepantasnyalah seorang anak berbakti pada orang tuanya terutama pada ibu.
Namun, kenyataan saat ini berkata lain. Tak sedikit anak zaman
sekarang yang tak lagi menghormati ibunya. Bahkan, ada ada yang tega
membunuh ibunya sendiri hanya karena tidak diberi uang jajan untuk malam
mingguan ( news.okezone.com, 23/07/2013). Dan tak sedikit jua, tatkala
usia tua menghampiri para ibu, tatkala sang ibu mengharapkan
perlindungan dari anak- anaknya, mereka berakhir di panti jompo. Sang
anak terlalu sibuk untuk sekedar mengurus orang tuanya sendiri. Mengapa
hal ini dapat terjadi? Siapa yang patut untuk dipersalahkan?
Jika melihat secara dangkal, mungkin kita akan mempersalahkan si
anak. Namun, jangan terburu- buru dulu. Jika kita lihat lebih dalam,
tentu kita akan memiliki pandangan yang berbeda. Kehidupan yang serba
sulit seperti saat sekarang ini, telah menghantarkan sang ibu untuk ikut
terjun ke dunia kerja guna memenuhi kebutuhan keluarga. Ditambah lagi
dengan merebaknya opini emansipasi wanita yang ingin menyejajarkan
posisi perempuan dengan laki- laki. Hal ini dapat menjauhkan seorang ibu
dari anaknya.
Tak sedikit ibu yang meninggalkan anaknya pada pengasuh sedangkan
sang ibu sibuk bekerja. Umumnya, panggilan ibu melekat pada diri
perempuan saat ini hanya karena proses mengadung dan melahirkan si anak.
Namun untuk hal menyusui, susu formula telah menggatikan posisi ASI.
Keberadaan pengasuh pun telah menggeser peran ibu dalam mengasuh dan
mendidik anak. Ibu sebagai madrasatul uula (sekolah pertama) bagi
anak-anaknya tak lagi terjalankan. Sehingga tak heran, generasi yang
dilahirkan pun adalah generasi yang rapuh dan rusak. Jika sudah begini,
bagaimana anak akan hormat dan sayang pada kedua orang tuanya? Toh, kedua orang tuanya juga tidak memperhatikan mereka.
Untuk memperbaiki keadaan saat ini, kembalikanlah posisi ibu ada tempatnya. Peran ibu sebagai ummu warobbatul bait dan ummu ajyal
bukanlah sebuah kehinaan bagi perempuan, melainkan gelar yang dapat
memuliakan perempuan. Dalam Islam, perempuan memang tidak dilarang untuk
bekerja, namun bekerja juga bukan pula hal yang wajib. Sehingga tidak
seharusnya perempuan bekerja demi prestise yang hukumnya mubah
dan meninggalkan kegiatan mendidik anak yang hukumnya wajib. Perempuan
sudah selayaknya dinafkahi oleh suaminya, jika suami tidak ada, maka
dinafkahi oleh wali nya. Jika masih tidak ada, maka negaralah yang akan
bertanggung jawab menafkahinya. Beginilah cara Islam memuliakan
perempuan.
Islam, sebuah agama yang sempurna, mengatur segala aspek kehidupan
manusia serta yang mempunyai solusi untuk segala permasalahan manusia.
Namun, saat ini Islam dipisahkan dari kehidupan. Islam hanya mengatur
ibadah ritual dan akhlak saja, sedangkan aturan Islam yang mengenai
mu’amalah ditinggalkan. Akidah kita pun ikut tergerus. Kita dipaksa
hanya mengakui Allah swt sebagai Pencipta (al-khaliq) , namun tidak mengakui Allah swt sebagai Pengatur (al-mudabbir)
dalam kehidupan. Akibatnya, Islam sebagai solusi segala permasalahan
tidak lagi dapat dirasakan. Oleh karena itu, marilah kita sama-sama
berjuang untuk menerapkan Islam secara keseluruhan dalam kehidupan dalam
bingkai khilafah Islamiyyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar