Tentang Diriku, Mimpiku dan
Penghambaanku
Semua
orang didunia ini tidak pernah tahu apa yang akan terjadi pada dirinya dimasa
depan, Ia hanya bisa berencana dan Dialah yang memutuskan. Termasuk yang
terjadi pada diri saya, saya tidak pernah tahu perubahan hidup itu akan terjadi
menjadi lebih baik atau bahkan lebih buruk, tapi yang saya tahu adalah hidup
itu pilihan. Ingin menjadi lebih baik atau lebih buruk kita turut andil
didalamnya, tentu tidak Allah menciptakan manusia untuk menjadi preman atau
bahkan menjadi ustad misalnya, Allah hanya menciptakan 2 tujuan hidup manusia
yaitu surga dan neraka, selebihnya manusia yang menentukan hidupnya mau kemana.
Itulah yang saya ketahui setelah saya mencoba untuk memahami islam lebih dalam,
ternyata bukan hanya mengatur bagaimana hubungan manusia dengan penciptanya
namun lebih dari itu.
Mungkin
suatu takdir dari Allah ketika saya bisa masuk sebuah universitas ternama di
kawasan Jatinangor, sebuah universitas yang selalu menjadi impian semua orang.
Banyak pilihan yang harus saya tentukan
setelah masuk didalamnya, menjadi mahasiswa yang hanya sekedar mahasiswa biasa
dengan menentukan hidupnya untuk mendapatkan nilai baik dan mendapat pekerjaan
sesuai,tentunya itu semua tidak didapat oleh mahasiswa yang sibuk dengan
kegiatan lain apalagi kegiatan yang memikirkan urusan orang lain atau menjadi
mahasiswa yang membekali diriya oleh ilmu islam agar bersinergi dengan
akademik.
Akhirnya saya tentukan hidup saya untuk memilih menjadi orang yang sedikit memikirkan urusan orang lain dengan mengikuti kajian-kajian islam, saya sandarkan semua kegiatan di kampus dengan hukum islam, menjadikan aturan islam sebagai tolak ukur perbuatan saya, termasuk dalam hal menutup aurat secara sempurna (mengenakan jilbab dan kerudung) seperti tertera pada Q.S:Al-Ahzab 59 dan An-Nur 31. Saya pikir dengan memudahkan urusan Agama-Nya, saya akan lebih mudah dalam aktivitas akademik atau aktivitas sosial lain dengan teman-teman saya, namun ternyata tidak. Disistem kehidupan saat ini, ingin taat saja sulit. Orang taat dianggap aneh, sedangkan orang bermaksiat dianggap biasa karena sudah sangat terlihat dimana-mana orang bermaksiat daripada orang taat. Itulah yang saya rasakan setelah memilih untuk mencoba taat kepada Allah, pada perkuliahan saja sangat terlihat hukum buatan manusia harus dijadikan pedoman sedangkan aturan sang Pencipta dikesampingkan bila perlu tidak dilibatkan sama sekali dalam kehidupan manusia.
Akhirnya saya tentukan hidup saya untuk memilih menjadi orang yang sedikit memikirkan urusan orang lain dengan mengikuti kajian-kajian islam, saya sandarkan semua kegiatan di kampus dengan hukum islam, menjadikan aturan islam sebagai tolak ukur perbuatan saya, termasuk dalam hal menutup aurat secara sempurna (mengenakan jilbab dan kerudung) seperti tertera pada Q.S:Al-Ahzab 59 dan An-Nur 31. Saya pikir dengan memudahkan urusan Agama-Nya, saya akan lebih mudah dalam aktivitas akademik atau aktivitas sosial lain dengan teman-teman saya, namun ternyata tidak. Disistem kehidupan saat ini, ingin taat saja sulit. Orang taat dianggap aneh, sedangkan orang bermaksiat dianggap biasa karena sudah sangat terlihat dimana-mana orang bermaksiat daripada orang taat. Itulah yang saya rasakan setelah memilih untuk mencoba taat kepada Allah, pada perkuliahan saja sangat terlihat hukum buatan manusia harus dijadikan pedoman sedangkan aturan sang Pencipta dikesampingkan bila perlu tidak dilibatkan sama sekali dalam kehidupan manusia.
Saat
ini saya sudah menginjak semester 7 (tingkat akhir), mudah-mudahan cepat lulus,amiin :) . Tentu untuk sampai ke tahap ini, saya harus
melalui tingkat pertama,kedua dan ketiga dan tentunya dalam melaluinya bukan
hal yang mudah apalagi dengan saya memilih untuk tetap taat kepada Allah secara
sempurna, jalan saya akan senantiasa bergesekan dengan orang-orang kebanyakan.
Di tahun pertama saya mencoba untuk
mengubah diri saya dari segi berpakaian, karena pada saat itu masih
masa-masanya ospek fakultas yang menuntut mahasiswa baru untuk taat kepada kaka
tingkat, darisegi pakaian saja ditentukan dari mulaibentuk hingga warnanya.
Suatu hal yang aneh ketika pada saat itu orang lain mengenakan pakaian yang
ditentukan sedangkan saya berbeda sendiri dengan memakai jilbab yang biasa
disebut gamis oleh teman-teman saya yang katanya baju itu sangatlah
norak,separti ibu-ibu dan gak gaul. Apakah saya malu? Tentunya sayapun ingin
tahu sampe mana tingkat keberanian saya dalam melawan arus yang ada saat itu.
Pada
suatu pagi dikegiatan ospek fakultas, saya mengajukan diri didepan semua
temen-teman dan kaka-kaka senior, saya mengutarakan niat saya untuk taat kepada
Allah secara sempurna dengan memakai pakaian yang sudah disyariatkan oleh
islam, sontak semua mata tertuju pada saya seolah ada pertunjukan unik didepan
mereka, bergetar hati saya pada saat itu antara senang dan takut. Yang membuat
saya senang adalah ternyata nyali saya tidak cukup ciut untuk mengutarakan niat
saya didepan semua orang, dan yang membuat saya takut adalah tumbangnya
pertahanan tubuh saya mengingat saya sedang kurang sehat pada saat itu,
alhamdulillah ketakutan itu tidak terjadi, yang ada saya terkejut dengan
perkataan seorang kaka tingkat yang mengatakan bahwa dia kagum terhadap saya
karena berani menyampaikan pendapatnya didepan banyak orang.
Tahap
1 persetujuan dari panitia ospek bisa saya kantongi, tentunya perjuangan saya
tidak berhenti sampai disitu, seperti yang saya katakan diawal saya lebih
memilih taat kepada Allah yang mana faktanya saat ini melawan arus yang
ada,otomatis senantiasa bergesekan dengan kebanyakan orang dan tentunya akan
selalu ada rintangannya. Menginjak tingkat 2 semester 3, saya dipaksakan untuk
mengambil mata kuliah yang benar-benar akan menuntut saya untuk meninggalkan
ketaatan saya kepada Allah, mata kuliah olahraga air (renang). 3 bulan pertama
saya masih tenang karena dosen masih memberikan materi di kelas, seterusnya
saya mulai ketakutan apa yang harus saya lakukan, dalam keadaan saya yang
dilema memilih untuk tetap taat dengan tetap memakai jilbab resikonya nilai
saya buruk atau mengikuti praktikum berenang dikolam renang tentunya minimal
nilai B ditangan dengan resiko saya harus menanggalkan jilbab saya. Pada saat
itu saya hanya bisa menangis, sudah berbagai cara saya lakukan hingga melobby
dosen, asisten dosen hingga ketua jurusan agar praktikum renang mahasiswi
terpisah dari mahasiswa disatu tempat lain, namun hasilnya nihil. Akhirnya
usaha terakhir saya lakukan adalah melobby untuk saya sendiri yang dipisahkan
dari teman-teman yang lain (private), dan benar janji Allah dalam Q.S
Muhammad:7 “ketika menolong agama Allah,maka Allah akan menolongmu dan
meneguhkan kedudukanmu”. Setelah lama menunggu hasil lobby, alhamdulillah
jajaran dosen dan para asisten dosen menyetujui permintaan saya dengan
praktikum renang mengambil private namun resikonya setiap kali pertemuan saya
harus membayar Rp.100.000,- dan itu berlangsung selama 10 kali pertemuan. Tidak
terbayang pada saat itu saya harus mendapatkan uang darimana, sedangkan saya
pun kuliah dibiayai dari beasiswa tiap bulan dan itupun sangat pas-pasan. Dan ternyata
itupun tidak menjadi penghalang saya untuk tetap taat kepada Allah, selalu ada
pertolongan untuk masalah keungan, memang benar masalah rizki Allah yang
mengatur, selalu ada jalan. Pada akhirnya nilai B saya dapatkan, tidak jauh
beda dengan teman-teman saya yang lainnya.
Ujian
pun tidak berhenti, menginjak semester 4 masih ada mata kuliah yang harus saya
lalui yang memerlukan kesabaran ekstra dan pemikiran yang jernih untuk mencari
jalan keluarnya. Widya selam itulah nama mata kuliahnya, sudah dapat
dibayangkan praktikum kolam seperti apa lagi yang harus saya lalui, mungkin
bahkan ini lebih parah daripada sebelumnya. Namun lagi-lagi berkat pertolongan
Allah, selalu ada jalan keluar, berkat seorang teman yang pintar mendesain baju
akhirnya saya dibuatkan desain baju khusus untuk berenang tanpa menghilangkan
identitas saya sebagai seorang muslimah, jilbab renang itulah yang biasa saya
sebut. Jilbab yang sampe saat ini belum pernah saya temukan dipertokoan
manapun, hingga sempat membuat tukang jahitnya kebingungan karena belum pernah
menjahit baju yang seperti itu. 8 kali pertemuan saya lalui praktikum kolam
dengan mengenakan baju tersebut, awalnya membuat teman-teman,asisten dosen dan
dosennya pun sedikit tercengang melihat pakaian saya namun mungkin sudah
terbiasa dengan “keanehan” yang saya bawa mereka mulai menerima. Hingga pada
akhirnya saya mendapat nilai B pada matakuliah tersebut, apabila palshback apa
yang telah saya pilih apa mungkin bisa nyaman berenang dengan pakian yang tidak
lazim dipakai pada saat berenang di kedalaman 5 meter apalagi pada saat itu
saya termasuk yang belum mahir dalam berenang, namun itulah pertolongan Allah selalu
datang kapanpun dan dimanapun ketika saya yakin pasti selalu ada jalan ketika
ujian itu datang, dan anehnya ketika saya tanya kepada asisten dosen yang
selalu menilai saya di kolam mereka mengungkapkan bahwa saya tampak nyaman
dengan pakaian saya dan sama sekali tidak terlihat kesulitan bahkan kemampuan
saya dalam melakukan teknik-teknik menyelam bisa dikategorikan mahir.
Pada
akhir semester 6 kemarin, saya melakukan kuliah lapangan pada salah 1 mata
kuliah yang berhubungan dengan terumbu karang di laut, semua mahasiswa
diwajibkan menyelam ke laut untuk meneliti terumbu karang yang terdapat disana.
Apa yang terjadi pada saya? Alhamdulillah saya melaluinya dengan sangat baik,
bahkan saya sangat menikmatinya, kali pertama saya menyelam langsung di
kedalaman 10 meter dan itu di laut, sebenarnya bukan itu yang membuat saya
senang, namun saya tetap mengenakan jilbab perjuangan saya yang tetap melekat
dan menjadi saksi hingga saat ini. Apakah itu sebuah keajaiban? Mungkin saya
hanya dapat berkata itu sebuah kekuatan doa yang saya lakukan, dan pertolongan
Allah begitu dekat dan nyata bagi orang-orang yang yakin. Dengan taat kepada
Allah, bukan berarti saya meninggalkan aspek akademik atau mungkin dengan taat
kepada Allah saya meninggalkan kewajiban saya yang lain contohnya seperti
hal-hal di atas, buktinya dengan tetap berkerudung dan berjilbab saya masih
bisa melakukan aktivitas seperti apa yang teman-teman saya lakukan, yang pasti
selalu ada Jalan keluar selama kita tidak keluar dari aturan Allah swt.
thanks to pembina, dosen, dan temanteman :)
thanks to pembina, dosen, dan temanteman :)